Untuk mengambil rapotku itu, ibuku harus menaiki angkutan umum untuk sampai ke sekolah. Ayahku tak bisa mengantarkan karena ia harus bekerja. Tepat pukul 11.00 WIB, rapot sisipan dibagi. Aku sudah panas dingin menantikan hasil rapotku ini. Saat namaku dipanggil oleh wali kelasku, ibuku langsung maju ke depan dan mengambil rapotku itu. Setelah itu beliau pun keluar dari kelas, pembagian rapot itu memang diadakan di kelasku.
Tanpa ba bi bu, aku pun langsung meyongsong ibuku di depan pintu kelas. Aku dan ibuku membuka rapot itu , kami tak mempedulikan bahwa ini masih ada di depan kelas. Saat rapot itu terbuka, ku fokuskan mata ini untuk mencari nilai pelajar matematika. Dan, benar juga !! apa yang telah kuprediksi selama ini menjadi kenyataan. Nilai matematika sangat-sangat hancur. Ku lihat ibuku, beliau hanya diam, tidak marah. Aku pun hanya diam setelah mengetahui nilai matematiku itu yang benar-benar jeblok. Setelah itu ibuku langsung pulang, aku hanya bisa memandangi punggungnya dan melihatnya semakin menjauh.
Meskipun dia tak marah, aku tahu di dalam hatinya, dia sangat kecewa atas hasil rapotku itu. Setelah ibuku pulang dari sekolahanku, aku mencari sahabatku. Yah..aku ini tergolong tipe orang yang tak bisa memendam masalah seorang diri, aku butuh seseorang yang bisa diajak berbagi. Dan kurasa, sahabat-sahabatku bisa diandalkan dalam masalahku ini. Aku menceritakan semua permasalahanku kepada sahabat-sahabatku, tak terasa saat aku menceritakan masalahku itu, mataku berkaca-kca. Sahabatku berusaha untuk menenangkanku. Aku benar-benar beruntung mempunyai sahabat seperti kalian...
Setelah kurasa aku sudah cukup tenang dan dapat mengendalikan diriku, aku pun memutuskan untuk pulang ke rumah. Aku mengayuh sepedaku tak bersemangat, rasanya enggan untuk pulang ke rumah. Aku tak tega melihat wajah orang tuaku. Di sepanjang perjalan pulang, mataku berkaca-kaca, tapi aku berusaha untuk menguatkan diri agar air mataku tak jatuh. Namun pertahananku tak terbendung lagi, sesampainya di rumah, aku menangis sejadi-jadinya dan meminta maaf kepada orang tuaku. Karena aku tak bisa membahagiakan mereka, aku membuat kecewa mereka karena nilai matematikaku jelek. Ternyata mereka tak marah kepadaku, mereka hanya berpesan agar aku bisa belajar matematika lebih giat lagi dan nilaiku tidak keteteran. Dan hari itu juga aku berjanji kepada diriku sendiri untuk mulai giat belajar, terutama pelajaran matematika dan aku berjanji untuk berusaha menyukai pelajaran matematika. Aku tak ingin lagi membuat orang tuaku kecewa, aku ingin melihat mereka bahagia melihat anaknya mendapatkan nilai yang bagus di setiap mata pelajaran.
Nah..itu tadi ceritaku, Sobat ! Aku hanya berpesan kepada kalian, belajarlah dengan sungguh-sungguh agar kalian mendapatkan nilai yang bagus di sekolah. dengan begitu orang tua kalian akan bangga kepada kalian. Dan mereka akan merasa tak sia-sia menyekolahkan kalian. Namun jika kalian menganggap sekolah ini adalah lelucon sampai nilai-nilai kalian di sekolah kalian jeblok. Mungkin kalian biasa-biasa saja saat mendapatkan nilai jelek, namun dampak yang lain akan dirasakan oleh orang tua kalian. Karena mereka akan sangat sedih melihat anaknya, yang di sekolahkan tinggi-tinggi, tak serius menjalaninya dan mendapatkan nilai yang tak memuaskan. Apa kalian tak kasihan melihat kalian menderita ? Ingatlah, orang tua kita bekerja membanting tulang hanya untuk membiayai sekolah anaknya. Kita sebagai anak wajib untuk membalas pengorbanan orang tua kita itu. Salah satu caranya, yaitu dengan mendapatkan nilai yang bagus di sekolah.
0 komentar:
Post a Comment