Kisah Para Pendiri Warung Di Puncak Gunung Lawu berikut ini layak Anda ketahui sebagai bagian dari sisi lain sebuah pendakian gunung Lawu yang berdiri di perbatasan Jawa Tengah dan jawa Timur. Gunung Lawu yang memiliki ketinggian 3.265 Mdpl mempunyai dua jalur pendakian populer, yakni Cemoro Kandang danCemoro Sewu selain juga ada jalur lain yakni jalur Candi Cetho.
Kembali tentang para pendiri warung di puncak Gunung Lawu, lantaran sering di mintai bantuan para pendaki untuk membuatkan kopi dan mie instan, Mbok Yemdan Mbok Panut yang merupakan pencari akar - akaran ramuan jamu, kini memutuskan mendirikan warung di puncak Lawu yang mempunyai ketinggian 3.256 meter dari permukaan laut.
Awal cerita, kurang lebih 15 tahun yang lalu, Mbok Yem yang sehari - harinya naik turun gunung untuk mencari akar - akaran bahan membuat jamu, sering bertemu para pendaki gunung. Dari pertemuan itu, tak sedikit para pendaki memohon bantuan warga Desa Galih, Kecamatan Poncol ini untuk membuatkan kopi atau memasakan mie instan.
Karena itulah, Mbok Yem berpikir alangkah baiknya membuka warung, dengan pertimbangan bisa menambah penghasilan dan dapat membantu para pendaki yang membutuhkan makanan dan minuman hangat saat dipuncak.
Hingga saat ini, usaha warung Mbok Yem masih tetap berjalan. Bahkan karena lokasi yang strategis dan kebetulan berdiri berdekatan dengan Hargo Dalem yang sering digunakan oleh sebagian pendaki yang memiliki tujuan bersembayang meminta petunjuk dari yang Maha Kuasa.
Kesehariannya untuk aktifitas Mbok Yem dibantu rekannya bernama Muis. Warung dengan ukuran 15 X 10 meter mampu menampung kurang lebih 100 pendaki yang ingin istirahat. ”Kalau hari minggu atau hari libur banyak pendaki yang naik, bahkan tempat penginapan yang terbuat ala kadarnya dari sisa kayu yang saya ambil dari sekitar sini selalu penuh para pendaki yang sedang istirahat, apalagi kalau hari minggu atau hari libur tempat ini tidak muat,” ujar Muis.
“Gunung Lawu ini sangat tinggi mas, masalah belanja untuk kebutuhan warung dulunya dilakukan Mbok Yem, tapi akhir - akhir ini saya yang melakukannya, karena mengingat usia dan kondisi Mbok Yem tidak seperti dahulu lagi,” kata Muis.
Mbok Yem mengatakan, untuk belanja sekarang sudah ada yang bertanggung jawab .”Sekarang sudah saya pasrahkan orang kepercayaan saya, maklum mas, saya sudah tua,”cetusnya.
Jadwal belanja untuk kebutuhan warung, biasanya dilakukan sebelum hari libur atau hari biasa.” Rata - rata satu minggu sekali mas, saya belanja di pasar Plaosan Magetan,” ungkapnya.
“ Biasanya yang kami belanja dari bawah diantaranya Beras 25 Kg, telur 20 Kg, Mie instan 5 kardus, kopi,teh, gula 5 Kg, kemasaan air minum mineral ukuran besar dan tanggung masing - masing 2 kardus dan kebutuhan lainnya seperti bumbu dapur makanan kecil,” papar Muis.
Untuk kebutuhan air bersih Muis mengambil dari sendang derajat yang jaraknya kurang lebih satu kilometer dari warung.
Terkait penerangan pada malam hari warung mbok Yem mengunakan generator listrik berbahan bakar bensin.”Kegunaan listrik disini banyak, selain untuk penerangan biasanya para pendaki yang membawa kamera foto atau kamera shooting bila kehabisan bateri bisa diisi disini,”katanya.
Aktivitas Mbok Panut juga tak jauh beda dengan Mbok Yem. Mbok Panut mendirikan sebuah warung lokasinya dekat dengan Sendang Derajat. Mbok Panut warga desa Dadi, Kec Plaosan mendirikan warung sudah kurang lebih 10 tahun, usaha yang dilakukan Mbok Panut di bantu suaminya Maridi
Namun disini Mbok Panut usaha buka warung tidak seperti yang dilakukan Mbok Yem. Mbok panut hanya buka pada hari minggu atau hari libur. Masalah bahan persediaan untuk kebutuhan warung Mbok Panut dan suaminya membawa pada saat hanya buka warung saja.
”Persediaan yang kami siapkan sebelum berangkat di antaranya Beras 25 Kg, Mie instan 5 kardus, telur 20 kg, kemasan botol minuman mineral ukuran sedang dan besar masing - masing satu kardus, dan masih banyak lagi mulai dari bumbu dapur, rokok dan sejumlah makanan jajanan kecil,” ujar Mbok Panut.
“Terkadang kalau membawa dagangan terlalu banyak kami biasanya menyuruh orang untuk mengantarkan dengan upah Seratus ribu,” jelas Mbok Panut.
Ketika ditanya mengapa hanya buka pada hari minggu dan hari libur,dikatakan karena di rumah banyak pekerjaan.” Sebenarnya kami ingin buka terus seperti mbok Yem, namun tenaga yang tidak memungkinkan, seandainya ada orang yang mau menjaga warung mungkin kami bisa buka 24 jam,” ungkapnya.
Warung Mbok Yem dan Mbok Panut menu makanan yang di jual diantaranya nasi pecel, mie rebus, teh, kopi panas, serta jajanan kecil lainnya.Mbok Yem sendiri, sudah kurang lebih 5 tahun ini jarang turun, dia lebih tinggal di atas, terkadang turun hanya 2 sampai 3 bulan.
0 komentar:
Post a Comment